Pengertian Seni Tari Piring Serta, Sejarah, Fungsi, Keunikan, Dan Kostum
Pengertian Seni Tari Piring
Tarian piring adalah tari tradisional yang berasal dari Minangkabau, tepatnya dari kota Solok, provinsi Sumatera Barat. Nama tarian ini berasal dari bahasa Minangkabau dan mempunyai keunikan seperti halnya tari payung yang juga berasal dari budaya minang. Gerakan dan properti yang digunakan penari membuat tarian ini sangat populer dan diminati masyarakat Indonesia, bahkan masyarakat mancanegara juga turut mengaguminya. Oleh sebab itu, Indonesia patut berbangga dengan segala bentuk kebudayaan yang dimiliki di setiap wilayah nusantara. Sebab hal tersebut turut menjadi identitas dan kekayaan bangsa.
Sejarah & Asal Seni Tari Piring
Tari piring adalah tarian adat yang berasal dari Minangkabau, tepatnya dari Solok, Sumatera barat. Diperkirakan tarian ini telah ada sejak 800 tahun yang lalu. Pada zaman dahulu, tarian ini dilakukan sebagai ritual ucapan syukur kepada para dewa atas berkah hasil panen yang melimpah. Ketika melakukan upacara adat tersebut, masyarakat yang diwakili oleh para gadis akan membawa sesaji berupa makanan yang diletakkan di atas piring. Piring yang berisi makanan tersebut kemudian dibawa dengan gerakan-gerakan sesuai irama musik pengiringnya.
Tarian ini kemudian semakin tersebar luas saat kerajaan Sriwijaya jatuh ke tangan Majapahit pada abad ke-16. Penyebaran tersebut dibawa oleh rakyat Sriwijaya yang melarikan diri ke negeri-negeri Melayu sekitarnya. Kemudian setelah agama Islam masuk ke Kawasan Minangkabau, tarian berubah fungsi dan tidak lagi ditujukan untuk memuja para dewa. Tari piring bertransformasi menjadi kesenian dan hiburan masyarakat, sehingga sering dipentaskan saat acara-acara adat Minangkabau.
Fungsi Seni Tari Piring
Pada zaman dahulu tari piring hanya diadakan oleh orang-orang golongan mampu. Akan tetapi di lingkungan sosial masyarakat saat ini, tarian piring biasanya dipentaskan saat upacara adat seperti acara pernikahan, khitanan, dan pengangkatan penghulu. Selain itu, tarian ini juga digelar saat panen raya. Bahkan mengikuti perkembang zaman, tarian ini tidak hanya berfungsi untuk upacara adat. Tarian juga digunakan saat hari besar nasional, seperti HUT Republik Indonesia serta dalam rangka menyambut tamu atau pejabat tinggi.
Keunikan Tari Piring
Meski tarian ini merupakan warisan turun temurun, namun tari piring tidak tergerus oleh perkembangan zaman. Tari ini hingga sekarang masih sering dipentaskan dan mampu membuat penontok berdecak kagum saat melihat gerakan-gerakannya. Beriktu ini adalah keunikan dari tari piring, yaitu:
1. Piring Sebagai Properti Utama
Sesuai dengan namanya, tarian ini menggunakan peralatan utama berupa piring saat menari. Piring inilah yang membuat tarian ini berbeda dengan tari adat dari daerah lain. Penggunaan piring sebagai gerakan tari memiliki makna dan sejarah tersendiri, dan hebatnya piring tersebut tidak pernah jatuh saat dimainkan.
2. Gerakan Tari Unik
Gerakan dasar dari tari piring adalah meletakkan piring diatas kedua telapak tangan kemudian menggenggamnya. Piring digerakkan secara memutar dan diayun-ayungkan mengikuti irama music pengiring. Dengan teknik memegang tertentu, piring tersebut tidak akan jatuh.
3. Beragam Musik Pengiring
Untuk mengiringi penari piring digunakan berbagai jenis alat musik seperti rebana, gong, saluang, talempong dan sebagainya. Tarian ini diiringi oleh irama music panayuhan yang biasanya memainkan lagu Takhian Sai Tiusung dan Takhi Pinghing Khua Belas. Perpaduan gerakan dan musik yang unik menjadikan tarian ini tiada duanya.
4. Suara Denting Cincin dan Piring
Pada saat menari akan muncul suara dentingan yang berasal dari cincin dan piring yang menjadi property. Suara tersebut semakin menambah ciri khas tarian ini karena dapat menyatu dengan musik pengiringnya.
5. Menari di Atas Pecahan Piring
Keunikan lain yang sepertinya tidak dimiliki oleh kesenian tari manapun terdapat pada akhir pertunjukan. Para penari akan melempar piringnya ke lantai hingga pecah, kemudian berjalan diatas pecahan piring yang tajam tersebut tanpa terluka.
Gerakan Tari Piring
Para penari piring menggunakan dua buah piring yang digenggam pada telapak tangan mereka. Sesuai irama musik kemudian piring tersebut diayun-ayunkan sedemikian rupa. Beberapa gerakan lain dalam tarian ini antara lain gerak pasambahan, gerak singanjuo lalai, gerak mencangkul, gerak menyiang, gerak membuang sampah, gerak memagar, gerak menyemai, gerak mencabut benih,gerak bertanam dan gerak melepas lelah. Selain itu ada pula gerakan seperti gerak mengantar juadah, gerak mengambil padi, gerak menyambit padi, gerak manggampo padi, gerak menganginkan padi, gerak mengikir padi, gerak membawa padi, gerak menumbuk padi, gerak gotong royong, gerak menampih padi dan gerak menginjak pecahan kaca.
Kostum Penari Piring
Setiap tari daerah pasti memiliki jenis dan bentuk busana khas ketika melakukan pementasan. Pada tari piring para penari akan mengenakan dua jenis busana, yaitu busana untuk pria dan wanita. Meski terdiri dari jenis kostum, akan tetapi penampilan mereka tetapi terlihat seragam dan kompak.
1. Busana Penari Pria
Pakaian penari pria memiliki karakteristik yang berbeda dengan pakaian penari wanita. Akan tetapi keduanya merupakan busana asli dari Minangkabau. Kostum penari piring pria disebut dengan Rang Mudo, yaitu dengan bentuk pakaian berlengan panjang serta hiasan missia yang juga disebut hiasan renda emas. Untuk bawahan atau celana yang digunakan disebut dengan besaran gelombang. Celana ini berukuran besar dibagian tengah dan memiliki warna selaras dengan baju atasan.
Selain itu, penari pria juga mengenak perlengkapan seper sisampek dan cawek pinggang yang bentuknya seperti kain songket, kemudian diikatkan pada pinggang. Panjang kain ini hingga lutut dan memiliki hiasan berupa rumbai-rumbai. Saat mementasikan tari piring, maka penari pria akan mengenakan destar. Destar adalah penutup kepala berbentuk segitiga yang terbuat dari kain songket.
2. Busana Penari Wanita
Baju kurung adalah jenis busana yang digunakan oleh penari piring wanita. Bahan utama untuk membuatnya adalah kain satin dan beluduru. Selain itu, penari wanita juga akan mengenakan selendang yang terbuat dari kain songket sebagai hiasan yang diletakkan dibagian kiri tubuh. Sama seperti penari laki-laki, penari perempuan juga menggunakan penutup kepala yang terbuat dari kain songket yang bentuknya mirip seperti tanduk. Penutup kepala ini disebut sebagai tikuluak tanduak balapak. Selanjutnya para penari wanita juka mengenakan kalung rumbai, kalung gadang, serta subang atau anting-anting khas Minang.