Biografi Leonardo Da Vinci Serta Pendidikan, Aliran, Dan Lukisan

Leonardo da Vinci atau lengkapnya Leonardo di ser Piero da Vinci, adalah tokoh yang jenius dan berbakat di banyak disiplin ilmu secara sekaligus. Paling dikenal sebagai seorang seniman atau pelukis pada masa kini, namun sebetulnya ia menjamahi banyak bidang secara sekaligus.

Dalam sejarah, Da Vinci dikenal sebagai pelukis, desainer, pematung, arsitek, inovator, teknisi, dan ilmuan secara bersamaan. Oleh karena itulah Da Vinci kerap dijuluki sebagai “Manusia Renaisans”. Artinya, Da Vinci adalah wujud fisik yang nyata (personifikasi) dari masa renaisans yang diselubungi rasa keingintahuan, pencerahan, dan pembentukan wacana umum baru di masa itu.

Oleh karena itu, rasanya tidak ada salahanya jika kita menyelami kisah hidup serta berbagai pencapaian Da Vinci semasa hidupnya. Berikut adalah pemaparan mengenai biografi da Vinci, mulai dari masa kecil, pendidikan, pencapaian artistik, aliran seni yang dinaunginya, dan beberapa contoh dari karyanya dilengkapi dengan analisis singkatnya.

Biografi

Leonardi da Vinci adalah anak tidak sah dari Piero Fruosino di Antonio da Vinci, seorang Notaris Florentin dan Caterina, seorang gadis petani. Ia dibesarkan di Anchiano oleh kakeknya. Ayahnya kemudian menikahi gadis belia bernama Albiera, dan ia sempat berhubungan dekat dengan Leonardo sebagai ibu tirinya, namun sayangnya Alberia meninggal di usia muda.

Leonardo da Vinci adalah anak pertama dari 12 bersaudara. Meskipun memiliki ibu kandung yang tidak sama, keluarganya tidak pernah memperlakukan Leonardo dengan berbeda. Mereka tetap hidup rukun seperti keluarga biasa lainnya.

Pendidikan Awal

Saat umurnya masih 14 tahun, da Vinci merantau ke Florence untuk berlatih dan mengambil program apprenticeship kepada Andrea del Verrocchio, Guru yang pernah belajar pada Donatello, seorang Master dari periode awal Renaisans. Verrocchio adalah seniman istana Medici, keluarga yang tersohor di kancah politik dan memberikan pengaruh besar terhadap perkembangan zaman renaisans.

Florence adalah pusat artistik yang penting di Renaissance Italia dan telah menghasilkan banyak hebat termasuk Domenico Ghirlandaio, Pietro Perugino, dan Lorenzo di Credi. Pengaruh ayahnya di Itali sangat besar, hingga Leonardo da Vinci dapat belajar kepada Verrocchio di kota seprestisius Florence.Seniman di periode renesains mempelajari studi humaniora sebagai cara untuk memahami tempat manusia di dunia secara umum dan tidak hanya berfokus pada belajar menggambar.

Selain menggambar, melukis, dan memahat, seniman ini juga mempelajari anatomi manusia, arsitektur, matematika dan ilmu pengetahuan lain. Renaisans adalah salah satu titik penting untuk para seniman, karena di masa ini seniman sudah tidak perlakukan sebagai tukang. Seniman akhirnya dapat setara dengan profesi penting lainnya, sehingga mereka juga harus mempelajari ilmu pengetahuan umum.

Namun tidak semua pelajar memiliki tendensi minat yang sama seperti Da Vinci yang sangat haus pada seluruh disiplin ilmu yang ia pelajari. Di bawah bimbingan Verocchio, bakat Leonardo da Vinci sangat terarah dan semakin matang. Pendidikan yang dijalaninya di Florence mengasah imajinasi dan kemampuan teknis yang kemudian mengarahkannya pada penemuan-peneuman yang luar biasa. Da Vinci banyak meninggalkan rancang biru senjata militer dan alat-alat mekanik yang berkontribusi pada reputasinya sebagai seorang jenius di masa itu.

Pendidikan Leonardo da Vinci di Florence berujung pada karya kolaborasi antara murid dan gurunya. Kolaborasi tersebut menghasilkan dua lukisan, yaitu: The Baptism of Christ, 1475 dan The Annunciation, 1472-1475. Setelah enam tahun mengayom pendidikannya bersama Verocchio, Leonardo da Vinci diangkat menjadi anggota Guild of St Luke, sebuah grup seniman dan dokter umum yang berbasis di Florence.

Masa Kematangan Artistik

Leonardo banyak menghabiskan waktu untuk mempelajari anatomi manusia. Terutama dalam cara tubuh manusia bergerak, keproporsionalan tubuhnya, ekspresi dan bagaimana mereka berinteraksi dalam keterlibatan sosial. Sebuah upaya yang dilakukan dengan menggunakan multi disiplin dari ilmu kedokteran, seni, humaniora dan sosiologi. Kesibukannya yang menggeluti berbagai disiplin ilmu menjadi salah satu alasan mengapa begitu sedikit karya yang ia ciptakan di masa hidupnya.

Namun rasanya semua itu cukup layak untuk dilakukan. Ia meninggalkan banyak peninggalan lain seperti gambar-gambar yang dieksekusi dalam detail yang rumit, skala yang proporsional dan lain-lain. Semua hal yang ia pelajari tersebut berdampak besar pada karya yang dihasilkannya.

Selama periode inilah ia bereksperimen dengan teknik-teknik melukis yang inovatif dan berbeda. Salah satu teknik Leonardo da Vinci yang paling terkenal adalah kemampuannya untuk menciptakan gradasi lembut melalui teknik sfumato. Menggunakan pengetahuan mendalam tentang bahan cat dan sapuan kuas ia mengembangkan teknik yang memungkinkannya untuk membuat model simulasi gradasi lembut dari daging dan kain pada lukisan. Serta highlight lembut dari bahan keras seperti Kristal atau permukaan halus tekstur rambut.

Setelah invasi Perancis pada tahun 1499, dan penggulingan Duke of Milan, Leonardo mengasikan diri ke Venice. Kota dimana ia mulai merancang berbagai teknologi militer. Di Venice Leonardo da Vinci dipekerjakan sebagai insinyur militer, dimana tugasnya adalah untuk merancang sistem pertahanan angkatan laut. Pertahanan untuk kota yang sedang berada di bawah ancaman serangan militer Turki. Setelah pekerjaannya selesai, ia memutuskan untuk kembali ke Florence.

Setibanya di Florence ia disambut layaknya seperti seorang selebriti disaat ia kembali pada rekan-rekannya di Guild St Luke. Kembalinya Leonardo da Vinci ke Florence memacu salah satu periode produktifnya dalam melukis. Karya-karya yang diselesaikannya pada masa ini adlaah: Virgin and Child with Saint Anne, lukisannya yang paling terkenal Mona Lisa, dan Battle of Anghiari.

Baca Juga:  Karya David Hockney Yang Berharga Ditemukan Bernilai Lebih Dari $35.000

Periode Akhir dan Kematian

Pada tahun 1513, setelah pendudukan sementara Prancis di Milan, Leonardo pergi ke Roma di mana ia menghabiskan tiga tahun berikutnya. Kedatangannya menarik perhatian Raja Perancis François I yang menawarkan posisi permanen sebagai “pelukis dan insinyur pertama” di Royal Court Prancis. François I bukan hanya mempekerjakan Leonardo, namun seiring berjalannya waktu ia juga menjadi teman dekat sang seniman.

Leonardo menghabiskan sebagian besar tahun-tahun akhir ini untuk menulis berbagai makalah ilmiah dan catatannya, bukan untuk lukisan. Meskipun lukisan terakhirnya, St John the Baptist diselesaikan pada masa ini. Masa akhir ini merupakan puncak dari studi ilmiahnya yang luar biasa dalam beberapa disiplin ilmu sekaligus. Pemikirannya tentang arsitektur, matematika, teknik, sains, anatomi manusia, serta filosofinya tentang seni, lukisan, gambar, dan humaniora memberikannya kredibilitas sebagai seorang jenius renaisans sejati.

Leonardo meninggal pada 2 Mei 1519 di Clos Lucé. Persahabatan legendarisnya dengan François I mengilhami seniman Ingris untuk melukis detik-detik terakhir da Vinci menghirup nafas terakhirnya. Ia menggambarkan Leonardo da Vinci mati di pelukan sang Raja. Leonardo pada awalnya dimakamkan di kapel St Florentin, namun gedung itu hancur selama revolusi Perancis. Meskipun diyakini bahwa ia dimakamkan kembali di kapel St Hubert yang lebih kecil, lokasi pastinya masih belum dapat dikonfirmasi.

Aliran Seni Rupa Leonardo da Vinci

Aliran seni rupa Leonardo da Vinci dikategorikan sebagai High Renaissance. High Renaissance adalah aliran yang mengangkat kembali filsafat Yunani dan Romawi klasik yang sebelumnya dihilangkan oleh para kamu Goth. Aliran ini masih menggunakan mite dan cerita Rasul sebagai subjek utamanya. Namun studi Humaniora telah berkembang di era ini, sehingga interpretasi keilahian ditampakan dalam wujud yang lebih memanusia.

Selain itu Seniman telah dianggap setara dengan profesi penting lain di masa renaisans, sehingga Pengetahuan Umum mulai digunakan untuk melengkapi teknik maupun wacana karya seni. Ilmu multi disiplin yang membuat Seniman pada masa ini dapat menjadi seorang Ilmuan juga dan bukan hanya seorang Tukang seperti pada zaman Gothic.

Lukisan Leonardo da Vinci dan Analisisnya

Lukisan Leonardi da Vinci yang paling terkenal mungkin adalah Monalisa dan Penjamuan Terakhir. Keduanya menggunakan teknik sfumato yang sayangnya memiliki kelemahan. Cat dari disapukan pada lukisan Penjamuan Terakhir mengelupas di makan zaman. Lukisan Monalisa juga mengalami keretakan yang cukup parah. Keduanya tidak dilukis pada media kanvas, Monalisa dilukiskan pada papan kayu, sementara Penjamuan terakhir pada dinding.

Virgin of the Rocks

Lukisan ini memanfaatkan komposisi piramida (segitiga) yang umum digunakan oleh para seniman High Renaissance. Sehingga memberikan keseimbangan asimetris secara otomatis, meskipun ukuran dari subjek utama yang dilukis berbeda-beda.

Di sini tampak studi gerakan anatomi Leonardo da Vinci memberikan dampak besar pada karyanya, bukan hanya masing-masing subjek saja yang tampak realistis, tapi suasana yang terbentuk dari interaksi antar satu sama lain subjek juga terlihat alami. Sikap dan tatapan mereka menciptakan kesatuan dinamis yang memberikan keindahan inovatif pada masa itu.

Teknik sfumato-nya hadir dan menjadikan warna kulit dan kain menjadi tampak sangat lembut dan alami. Pengetahuannya mengenai perspektif juga membuat nuansa ruang tiga dimensi yang harmonis dan tepat. Lukisan ini adalah contoh awal penggunaan cat minyak sebagai media lukis yang relatif baru di Italia. Memungkinkan seniman untuk melukis detail kecil yang rumit yang selama ini tidak dapat dicapai oleh Tempera.

Lukisan Penjamuan Terakhir (The Last Supper) & Analisisnya

Sebelumnya, belum pernah ada yang menggunakan teknik seperti ini digunakan untuk menggambarkan drama klasik momen penting pada malam perjalanan Kristus menuju penyaliban. Setiap detail kecil yang rumit dilukiskan oleh Leonardo da Vinci. Ia juga menggunakan perspektif satu titik, hasil kalkukasi dari pengetahuan matematisnya.

Ia menempatkan Yesus di tengah dan hampir seluruh orang yang berada pada adegan tersebut memiliki ritme yang mengarahkan pandangan kita padanya. Sebagian orang tidak melihat padanya untuk membuat komposisinya lebih alami, namun terdapat beberapa tangan yang tetap mengarahkan pandangan kita pada Yesus.

Penggunaan teknik perspektif satu titik hilang pada lukisan ini juga membuatnya bersatu pada media lukisnya, yaitu dinding. Dinding disulap menjadi seakan terdapat ruangan maya dibelakangnya, memberikan ilusi perluasan ruangan. Selanjutnya lukisan ini mempengaruhi semua kolega dan legasi Leonardo da Vinci pada saat itu, termasuk Michelangelo dan Raphael.

Lukisan Monalisa & Analisisnya

Lukisan Monalisa, adalah potret Lisa Gherardini, istri seorang saudagar Florentine bernama Francesco del Gioconda. Komposisi setengah badan untuk lukisan potret adalah hal yang inovatif pada masa Renaisans. Biasanya komposisi seperti itu akan membuat subjek lukisan tampak terpotong dan kurang enak untuk dilihat. Namun Leonardo da Vinci berhasil menangkalnya dengan tidak memotong komposisi tepat pada bagian tengah badan, namun agak sedikit melenceng kebawah.

Penggunaan sfumato menciptakan tekstur yang believable baik pada kulit potret maupun pakaian yang dikenakannya. Teknik itu juga menciptakan misteri enigmatik pada ekspresi senyuman Lisa yang terkenal hingga sekarang.

Da Vinci juga menerapkan Aerial Perspective pada lukisan ini, yaitu pengetahuan mengenai semakin jauh objek, maka semakin pudar dan buram warnanya. Aerial Perspective diaplikasikan pada latar belakang lukisan. Hal tersebut membuat pemandangan di belakang Lisa tampak lebih alami pada Pemirsa. Teknik Chiaroscuro, atau teknik yang mengisolasi subjek dalam kegelapan juga menciptakan kedalaman yang realistis pada pada setiap anatomi yang disajikannya pada lukisan ini.