Pengertian Seni Tari Adat Akiu No Taue Odori Dari Jepang Serta Sejarah Dan Kostumnya

Pengertian Seni Tari Adat Akiu No Taue Odori (Jepang)

Akiu no Taue Odori (秋保の田植踊, Tari Tanam Padi di Akiu) adalah tari yang menirukan gerakan orang sewaktu menanam padi di kota Akiu, Taihaku-ku, Sendai, Prefektur Miyagi, Jepang. Di Prefektur Miyagi, Prefektur Iwate, Prefektur Yamagata, dan Prefektur Fukushima, Taue Odori (arti harfiah: Tari Tanam Padi) adalah kesenian rakyat yang dibawakan pada perayaan awal tahun (koshōgatsu) untuk mendoakan panen melimpah pada musim tanam tahun itu. Istilah Akiu no Taue Odori dipakai untuk menyebut Taue Odori yang dibawakan di Akiu oleh tiga kelompok pelestarian Taue Odori yang masing-masing dimiliki penduduk di Yumoto, Nagabukuro, dan Baba.

Pergelaran tari diadakan setahun sekali di kuil Buddha dan Shinto, antara dasarian kedua bulan April hingga awal bulan Mei di Nagabukuro Jinmeisha, Baba Otaki Fudō-dō, dan Yumoto Yakushi-dō. Pemerintah Jepang pada tahun 1976 menetapkan tiga kelompok Akiu no Taue Odori sebagai Warisan Penting Budaya Takbenda Rakyat. Pada tahun 2009, UNESCO memasukkan tari ini ke dalam Daftar Representatif Budaya Takbenda Warisan Manusia.

Sejarah Seni Tari Adat Akiu No Taue Odori (Jepang)

Tari yang dibawakan di Nagabukuro Jinmeisha berawal dari tari kipas sebagai lambang kegembiraan untuk menghibur diri sendiri yang ditarikan oleh pelarian klan Taira yang selamat dari perang. Semasa zaman Bunka (1804-1817) di puncak kemakmuran Akiu, tari ini dibawakan untuk merayakan kenaikan pangkat sebuah klan/keluarga dalam pemerintahan Domain Sendai. Pada waktu itu, tari ini juga dibawakan sebagai persembahan untuk arwah leluhur sewaktu berziarah ke kuil Buddha.

Sejarah Seni Tari Adat Akiu No Taue Odori (Jepang)

Tari menanam padi di Yumoto konon awalnya dipersembahkan sebagai permintaan berlimpahnya panen padi-padian kepada Bhaisajyaguru yang dipuja sebagai Buddha penyembuh di onsen. Tarian Taue di Yumoto mendapat pengaruh dari geisha yang didatangkan dari Kyoto untuk meramaikan penginapan onsen dan yamabushi yang mendatangi dojo Shugendō yang didirikan oleh Jikaku Daishi. Geisha dan yamabushi konon memperbaiki tarian ini hingga mencapai bentuknya yang sekarang. Pada masa pemerintahan Domain Sendai, Akiu Onsen merupakan tempat pemandian air panas bagi klan Date. Sebelumnya Taue Odori selalu dibawakan di halaman (ruang terbuka). Akibat keinginan pejabat klan Date yang ingin melihatnya di onsen, maka dikembangkan pula tari Ozashiki Taue yang dibawakan di zashiki (ruangan berlantai tatami).

Baca Juga:  Daftar Tarian Terpopuler Di Dunia

Tari menanam padi yang dibawakan di Baba disebut Haru Taue (menandur di musim semi). Haru Taue terutama dipertunjukkan sebagai hiburan keliling dari rumah ke rumah sebagai persiapan menyambut koshogatsu (arti harfiah: tahun baru kecil, hari ke-15 bulan pertama tahun baru kalender lunisolar) sekaligus lambang kegembiraan menyambut datangnya masa bertanam padi. Seusai Perang Dunia II, tradisi menarikan Tari Taue dari pintu ke pintu akhirnya dihentikan akibat cuaca yang sangat dingin sekitar koshogatsu. Tari Taue kemudian hanya dibawakan sewaktu ada matsuri di kuil Buddha dan Shinto milik desa. Kini hanya tersisa tiga kelompok Akiu no Taue Odori yang berada di Nagabukuro (Akiu), Baba, dan Yumoto.

Kostum Seni Tari Adat Akiu No Taue Odori (Jepang)

Tari menanam padi ini dibawakan kurang lebih 10 penari yang berperan sebagai saotome (早乙女) atau gadis muda penanam padi. Musik yang disebut hayashi dimainkan dengan alat musik suling dan taiko. Penari perempuan memakai kimono furisode dan topi berhiaskan bunga (hanagasa). Gerakan tari penari perempuan meniru gerakan petani sedang menandur di sawah. Mereka dibantu oleh dua remaja laki-laki pembunyi giring-giring (suzufuri), disertai dua remaja laki-laki yang disebut yanjūrō (弥十郎) (seorang di antaranya berperan sebagai dōke (道化, badut) dan seorang lagi sebagai kōjō (口上, fasilitator pertunjukan).

Kostum Seni Tari Adat Akiu No Taue Odori (Jepang)

Di Yumoto, penari wanita mengenakan furisode berwarna biru terang, sarung tangan panjang (tekō), dan hanagasa (tutup kepala) berhiaskan bunga-bunga peony. Alat-alat menari yang dibawa penari bergantung kepada judul tari, misalnya: kipas lipat, giring-giring, atau benda-benda pembuat bunyi. Pemeran yanjūrō mengenakan momohiki (celana panjang ketat) berwarna biru terang, ikat kepala yang dilengkapi giring-giring, dan keshō-mawashi yang dibordir dengan gambar-gambar kelinci dan ombak, serta diikat dengan tali pinggang berwarna merah.