Keributan di Muktamar PPP di Ancol: Sebuah Tinjauan Mendalam
kauartgallery.com – Pada Sabtu, 14 Desember 2024, Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) ke-II Partai Persatuan Pembangunan (PPP) di Hotel Mercure Ancol, Jakarta Utara, sempat diwarnai keributan yang melibatkan dua kader partai, yaitu Ketua DPP PPP bidang OKK, Idy Muzayyad, dan Wasekjen DPP PPP, Rapih Herdiansyah. Keributan ini menjadi sorotan publik dan media, mengingat signifikansi acara tersebut dalam konteks konsolidasi internal partai menjelang Muktamar PPP pada 2025.
Keributan dimulai saat Idy Muzayyad mencoba menyampaikan interupsi dalam agenda Mukernas PPP. Idy menginterupsi saat DPW Bali PPP dipanggil untuk dimintai pandangan umumnya. Idy mengaku tidak terima DPW Bali PPP diminta pandangan, karena statusnya yang masih dibekukan setelah digugat ke mahkamah partai.
“Nah interupsi yang saya masalahkan adalah bahwa DPW Bali ini sudah digugat ke mahkamah partai dan keputusannya adalah dibekukan. Dan untuk mengadakan kegiatan Muswil dengan kepanitian bersama tapi itu tidak dilaksanakan,” kata Idy.
Saat Idy mencoba menyampaikan interupsinya, Rapih Herdiansyah menghampiri untuk menegur, yang kemudian memicu keributan. Idy mengklaim bahwa dirinya mendapat ancaman kekerasan dari Rapih, termasuk ditarik kerah bajunya dan mic yang digunakannya direbut paksa oleh preman yang disiapkan loyalis Plt Ketua Umum DPP Mardiono.
Keributan ini menjadi sorotan media dan publik, mengingat signifikansi Mukernas dalam konteks konsolidasi internal judi bola partai. Plt Ketua Umum PPP, Mardiono, yang juga hadir dalam acara tersebut, menyatakan bahwa Mukernas ini tidak dilakukan hanya untuk mengevaluasi personal, tetapi untuk seluruh struktur kelembagaan partai.
“Seluruhnya ya, seluruhnya (evaluasi). Karena gini, di dalam sebuah organisasi itu tidak berlaku secara personal, satu dua person ya,” kata Mardiono.
Keributan ini juga menunjukkan adanya ketegangan internal dalam PPP, terutama terkait dengan status DPW Bali yang masih dibekukan. Idy mengungkapkan bahwa interupsinya adalah bentuk protes terhadap keputusan yang dianggap tidak adil dan tidak sesuai dengan prosedur partai.
Mukernas ke-II PPP ini digelar dalam rangka mengevaluasi kinerja partai pasca Pemilu 2024, di mana PPP gagal lolos ke parlemen. Tema Mukernas kali ini adalah “Transformasi PPP untuk Indonesia”, yang mencerminkan kebutuhan mendesak PPP untuk berbenah dan menjadi partai yang lebih modern dan responsif terhadap isu-isu keumatan dan kebangsaan.
“Latar belakang pemilihan tema ini adalah setelah melihat kondisi PPP pasca Pileg dan Pilpres kemarin yang ternyata tidak mampu melampaui parliamentary threshold sebesar 4 persen,” kata Amri Ali, Ketua DPP PPP yang juga Ketua Panitia Mukernas II.
Keributan di Mukernas ke-II PPP di Ancol menunjukkan adanya ketegangan internal dalam partai, terutama terkait dengan status DPW Bali yang masih dibekukan. Meskipun demikian, Mukernas ini tetap penting sebagai langkah awal persiapan jelang Muktamar PPP pada 2025. PPP perlu melakukan transformasi yang signifikan untuk menjadi partai yang lebih modern dan responsif terhadap isu-isu keumatan dan kebangsaan.