Pengertian Aliran Surealisme Serta Kemunculan, Psikoanalisis, Dan Tokoh

Pengertian Surealisme

Surealisme adalah aliran yang menghadirkan kontradiksi antara mimpi dan realita menjadi nyata dalam gambar yang memperlihatkan objek-objek nyata dalam keadaan yang tidak mungkin terjadi, seperti dalam mimpi atau alam bawah sadar manusia. Surealisme menggunakan pendekatan teori psikologi Freud yang mengeksplorasi alam bawah sadar dan citra mimpi manusia sebagai salah satu penggambaran dari hasrat manusia.

Mimpi-mimpi atau citra alam bawah sadar itu dikatakan menunjukkan keinginan dan hasrat manusia yang sebenarnya, namun dikubur di alam bawah sadar karena tekanan sosial atau hal lain untuk tidak menunjukkannya. Meskipun ditutupi, bukan berarti hal yang menjadi hasrat atau keinginan sebenarnya dari seseorang adalah hal yang negatif.

Bisa jadi sesuatu yang dipendam tersebut terjadi karena malu, tidak percaya diri, hingga ditakuti karena trauma tertentu. Hal itu juga bisa sesederhana mimpi di masa kecil seseorang yang kian memudar karena harus menghadapi realitas yang lebih logis di masa dewasanya. Memiliki hasrat yang sedikit buruk pun bukanlah masalah, selama kita mampu mengendalikan dan tidak mengikutinya.

Kemunculan Surealisme

Aliran Seni Rupa Surealisme adalah salah satu gerakan yang paling besar di abad ke-20. Aliran ini diproklamirkan oleh Andre Breton, seorang Sastrawan aliran Dadaisme dalam tulisan Manifesto Surealisnya pada tahun 1924. Surealisme bermula dari dunia sastra, dan berujung menular ke dunia seni rupa, dan berbagai bidang seni lainnya.

Namun beberapa ahli berpendapat bahwa aliran ini telah muncul dari tahun 1917, melalui karya Giorgi de Chirico yang menghadirkan pemandangan trotoar kota dengan gaya yang tampak seperti halusinasi. Meskipun pada akhirnya Chirico meninggalkan gaya melukisnya yang seperti itu, namun karyanya menginspirasi Max Ernst untuk menggunakan gaya serupa.

Seperti hampir semua aliran seni, Surealisme adalah produk yang muncul dari periode sejarahnya. Dalam artian, surealisme adalah dialog atau reaksi terhadap konteks yang menaunginya di masa itu. Spesifiknya, aliran ini muncul dari reruntuhan aliran Dadaisme yang memberontak terhadap zona nyaman yang dihasilkan oleh kaum kelas menengah.

Para Dadais tidak setuju terhadap kepuasan kaum menengah tersebut, mereka menyimpulkan bahwa kelas menengah adalah kaum yang paling terhimpit horisonnya dengan zona nyaman mereka sendiri. Hingga mereka tidak sadar bahwa sebenarnya mereka adalah salah satu kaum yang paling dirugikan di tatanan masyarakat modern.

Hal itu menjelaskan bagaimana dada dengan ide-idenya yang mengejutkan dan di luar akal sehat ingin mencoba menggugah para kelas menengah keluar dari pemikiran yang generik. Surealisme masih meminjam ide tersebut, namun melakukannya dengan cara membawa citra mimpi yang imajinatif pada objek-objek yang nyata.

Sementara itu dada menghadirkan sesuatu yang mengejutkan melalui citranya yang buruk, acak atau tidak lazim di pandangan masyarakat umum. Surealisme selalu ingin membebaskan pikiran dari batasan realistis yang dibangun oleh masyarakat modern.

Lukisan Aliran Surealisme

Berakhirnya dari Surealisme

Terdapat polemik di antara para sejarawan mengenai akhir dari aliran ini. Bagi banyak sejarawan, Surealisme berakhir setelah Perang Dunia II, ketika gerakan seni modern lainnya menjadi populer. Sementara para ahli lain berpendapat bahwa kematian André Breton pada tahun 1966 menandai berakhirnya gerakan surealis. Sedangkan pendapat lain mengatakan bahwa aliran ini tetap berlanjut sampai hari ini dan banyak tercermin pada karya seni kontemporer.

Psikoanalisis Sigmund Freud

Breton menulis dalam Manifesto Surealisnya bahwa bentuk seni ideal dapat diciptakan melalui alam bawah sadar. Ia membahas teknik “otomatis”, atau secara spontan menulis mengikuti alam bawah sadar tanpa memikirkan sesuatu yang realistis membebani prosesnya. Hal itu diilhami dari Psikoanalisis Freudian, yang populer di masa itu.

Psikoanalisis Freud yang populer pada masa itu, merupakan sumber inspirasi besar bagi Breton dan Surealis lainnya. Freud adalah Ilmuan psikologi yang mengeksplorasi pikiran alam bawah sadar dan citra mimpi untuk mengungkap hasrat dan keinginan manusia yang sebenarnya melalui alam bawah sadar mereka.

Freud bahkan memecahkan tabu seputar hasrat seksualitas manusia melalui teorinya. Namun bukan berarti hal yang menjadi hasrat atau keinginan sebenarnya dari seseorang adalah hal yang negatif saja.

Dalam konteks tertentu, gambar surealis dapat dianggap sebagai penafsiran visual dari analisis Freudian. Keinginan alam bawah sadar seniman bisa memanifestasikan dirinya dalam berbagai imaji atau pencitraan yang mengejutkan. Wanita yang terbang, wajah manusia yang aneh, burung yang berenang, dsb. Fragmen-fragmen yang mengherankan itu mengapung dalam ruang mimpi dan seringkali memberikan perasaan kurang nyaman yang berujung menjadi aneh atau mengejutkan baik dalam media lukisan, fotografi atau film.

Surealisme dan Fantasi

Salah satu yang harus menjadi catatan penting dalam aliran seni rupa surealisme adalah surealisme tidak sama dengan fantasi. Surealisme terinspirasi dari citra mimpi dan bawah alam sadar manusia. Dengan begitu surealisme tidak akan membawa konteks suatu subjek atau objek yang tidak berada di lingkungan manusia dan alam dunia.

Berbeda dengan fantasi, surealisme mengambil objek-objek keseharian yang terdapat di kehidupan dan alam kita lalu memanipulasinya sedemikian rupa hingga tidak tampak seperti kenyataan lagi. Surealisme tidak berfantasi mengenai makhluk seperti naga atau makhluk lainnya dalam mite, etos, dan bentuk fantasi lainnya. Keduanya berdekatan namun bukanlah genre yang sama.

Tokoh Aliran Surealisme

Beberapa tokoh aliran surealisme yang memiliki pengaruh besar terhadap pergerakan seni ini adalah sebagai berikut.

Rene Magritte

Rene Magritte (21 November 1898 – 15 Agustus 1967) adalah salah satu seniman Belgia yang paling terkenal di abad ke-20. Magritte mendapatkan banyak sanjungan atas pendekatannya yang istimewa terhadap Surealisme. Namun sebelum menjadi seniman, untuk menunjang kehidupannya ia menghabiskan bertahun-tahun bekerja memproduksi dan mendesain cover buku.

Baca Juga:  Pengertian Seni Lukis Serta Aliran, Tema, Alat, Teknik & Contoh

Magritte tertarik pada keberadaan kelas menengah, kelas yang menghabiskan hampir seluruh waktunya untuk bekerja dan menghabiskan uangnya untuk bertahan hidup. Kurang miskin untuk disubsidi oleh pemerintah, namun tidak mampu membeli kebutuhan pokok seperti rumah. Sebuah kehidupan yang ia lambangkan melalui pria yang mengenakan topi bowler.

Contoh Karya Aliran Surealisme: Golconda dan Analisisnya

Lukisan Aliran Surealisme Golconda

Karya ini menggambarkan adegan hujan manusia, di mana semua orang tampak hampir identik satu sama lain dan mengenakan baju yang sama, lengkap dengan topi bowler. Meskipun begitu, bisa jadi pria-pria tersebut hanya melayang (levitating) karena tidak ada indikasi gerakan tersirat. Latar belakangnya adalah kawasan pinggiran kota yang mirip dengan kawasan tempat tinggal Magritte, ia juga berpakaian dengan cara yang sama, seperti orang-orang yang mengapung itu. Topi bowler adalah topi yang biasa dikenakan oleh para kaum menengah di masa itu.

Salah satu interpretasi atau tafsiran yang dapat diproduksi adalah bahwa Magritte ingin menunjukkan garis batas antarindividualitas dan asosiasi atau kelompok telah hilang dan kabur di masa modern. Semua pria ini berpakaian sama, memiliki fitur tubuh yang sama dan semuanya melayang bersamaan di area yang sama. Kebebasan individu telah hilang, padahal hal itu merupakan salah satu dasar dari hak asasi manusia untuk mengekspresikan dirinya sendiri sebagaimana ia mau.

Frida Kahlo

Frida Kahlo biasanya menggunakan simbolisme visual dari rasa sakit fisik yang dialaminya dalam usaha untuk lebih memahami penderitaan emosional. Dari sejak kecil Kahlo telah menderita polio yang menyebabkan kakinya tidak seimbang (besar sebelah). Sepanjang hidupnya pun Frida mengalami sakit yang tak kunjung sembuh dan banyak menghabiskan waktunya di rumah sakit.

Sebelum Kahlo, bahasa kehilangan, kematian, dan kedirian, telah diteliti dengan baik oleh banyak seniman pria, namun belum dibedah secara signifikan oleh seorang wanita. Bukan itu saja, Kahlo juga tidak hanya masuk ke ranah simbolisme yang umum, tapi dia juga memperluasnya dengan cara membuat simbolnya sendiri.

Kahlo tidak hanya dikategorikan sebagai seniman surealisme, tapi juga menjadi tokoh pergerakan seni feminis. Dia banyak membuat ikon-ikon khas yang digunakan sepanjang karirnya, termasuk pita, rambut, dan hewan. Ia berhasil menciptakan banyak cara baru untuk membahas aspek identitas wanita yang paling kompleks sekalipun.

Tidak hanya seorang seniman yang hebat, Frida juga merupakan sosok yang banyak dikagumi melalui pribadinya yang unik. Potret wajah Kahlo juga sangat ikonik, dengan ciri khas alis yang tebal dan bersatu (uni-brow). Ia memiliki pengaruh besar bagi seniman lain. Hingga saat ini, masih banyak seniman kontemporer yang menggunakan citra potretnya untuk digunakan sebagai referensi karyanya.

Lukisan Surealisme The Wounded Deer & Analisisnya

Lukisan Aliran Surealisme The Wounded Deer

Lukisan ini menghadirkan sosok hibrida antara rusa dan seorang manusia yang merupakan potret wajah pelukisnya sendiri, Frida Kahlo. Ia memosisikan dirinya menjadi mahluk yang tidak berdaya dan terluka akibat dari anak panah yang menancap di sekujur tubuhnya. Tampaknya mahluk hibrida ini tengah diburu di hutan.

Jika dilihat dari adegan lukisan, Kahlo ingin menegaskan bahwa dia masih hidup, namun panah yang telah menancap diseluruh tubuhnya perlahan akan membunuhnya. Mahluk itu tampak mengenakan anting-anting mutiara, seolah-olah menyoroti keinginannya untuk menjadi wanita biasa lainnya yang mungkin dapat hidup lebih lama karena tidak mengidap penyakit yang dideritanya. Ia juga tampak memperlihatkan keinginannya untuk hidup lebih bebas di alam terbuka.

Kahlo tidak menggambarkan dirinya sebagai rusa jantan dengan tanduk besar. Hal ini menunjukkan spiritualitasnya terhadap pemikiran feminism (kesetaraan gender). Semacam satir terhadap keadaan dunia seni yang selalu dikuasai oleh kaum pria, jarang sekali wanita yang memiliki kesempatan untuk menjadi seniman. Di sini juga ia menunjukkan ketertarikannya untuk mengapresiasi seniman besar lain di masa lalu. Lukisan ini diasosiasikan dengan lukisan tema St. Sebastian yang memiliki adegan serupa, panah-panah menancap di sekujur tubuhnya.

Salvador Dali

Salvador Dali adalah salah satu seniman surealis paling terkenal, dominan dan produktif di abad ke-20. Dali disebut sebagai pioner seniman yang mengerti bahwa ketenaran komersil juga dibutuhkan oleh seorang seniman. Ia sering muncul di TV dan intensif mendapatkan wawancara pers. Dalam perjalanan karirnya yang panjang, dia tidak hanya melukis, namun menyelami media seni lainnya seperti seni pahat, seni grafis, desain, periklanan, film, sastra dan mungkin yang paling terkenal adalah kolaborasinya dengan Luis Buñuel dan Alfred Hitchcock untuk memproduksi film surealis.

Selain karena keahlian teknisnya yang tak terbantahkan Dali juga terkenal karena kepribadiannya yang flamboyan dan eksentrik. Dalam penggunaan awal morfologi organik, karyanya membawa ciri khas seniman spanyol Pablo Picasso dan Joan Miro. Lukisannya juga menunjukkan ketertarikan pada seni Klasik dan Renaisans, hal tersebut terlihat jelas melalui gaya hiperrealistik dan penggunaan simbolisme religius dalam karyanya.

The Persistence of Time dan Analisisnya

Lukisan Aliran Surealisme The Persistence of Time

The Persistence of Time adalah Lukisan yang paling ikonik dan terkenal dari Salvador Dali. Lukisan ini menggambarkan berbagai jam dinding dan weker yang tampak meleleh. Dali membuat benda yang seharusnya keras menjadi tampak lunak. Kehadiran Pohon yang sepertinya tumbuh di atas blok kayu yang mirip seperti meja menambah kekontrasan yang terjadi antara realita dan citra mimpi.

Horison yang luas namun tampak kosong, ditambah dengan tebing yang dilukiskan secara jelas meskipun jaraknya tidak dekat membuat latar belakang lukisan ini tampak seperti dalam alam mimpi, atau hanya ilusi. Keteguhan waktu (The Persistence of Time) tampaknya memang menjadi sorotan utama pada karya ini.