Pengertian Seni Tari Buyung Serta Sejarah, Makna, Gerakan, Dan Properti

Pengertian Seni Tari Buyung

Tarian daerah merupakan salah satu kesenian yang mengutamakan keindahan lenggak-lenggok gerakan tubuh. Salah satu kesenian tari yang sangat populer di wilayah Jawa Barat adalah tari Buyung. Tarian ini memiliki keunikan gerakan tersendiri sebagaimana pada tarian daerah pada umumnya. Selain memiliki gerakan yang begitu khas, tarian ini juga menyimpan makna yang begitu dalam bagi masyarakatnya. Daripada penasaran, mari kita simak penjelasan mengenai keunikan dan karakteristik tari Buyung berikut ini.

Sejarah Munculnya Seni Tari Buyung

Tari Buyung merupakan salah satu tari tradisional Indonesia yang berasal dari Provinsi Jawa Barat. Tarian ini sudah ada sejak zaman dahulu dan dipercaya sebagai salah satu warisan budaya masyarakat Kuningan Provinsi Jawa Barat. Tarian ini merupakan tarian khas masyarakat Kuningan yang ditampilkan pada perayaan upacara adat Seren Taun. Upacara Seren Taun dilakukan untuk mengucap syukur pada Sang Pencipta yang telah memberi kelimpahan saat panen padi datang.

Upacara ini telah ada sejak zaman Kerajaan Padjajaran, yang diawali sebagai pujian untuk mengagungkan Nyi Pohaci Sanghyang Aci. Pada masa itu, upacara ini menjadi sebuah kepercayaan animisme dan dinamisme untuk memuja arwah nenek moyang, sesuai ajaran Hindu maupun Budha. Kesenian ini telah tercipta sejak tahun 1969 dari hasil kreasi Emilia Djatikusumah, yakni istri dari sesepuh adat yang bernama Pangeran Djatikusumah. Tarian ini tercipta karena melihat kebiasan para wanita yang mengambil air dengan menggunakan buyung.

Makna Filosofis Pada Seni Tari Buyung

Makna yang terkandung pada tarian ini adalah untuk mengajak manusia agar lebih mencintai alam semesta. Tarian ini merupakan acara inti yang dilakukan masyarakat dalam upacara adat Seren Taun di Kuningan, Provinsi Jawa Barat. Tarian ini merupakan tarian tradisional masyarakat daerah Cigugur, yang merupakan tarian simbolik atas rasa syukur kepada sang pencipta alam semesta, salah satunya atas pemberian air yang melimpah. Tarian ini berasal dari kata buyung, yaitu sebuah alat yang digunakan untuk mengambil air.

Buyung merupakan alat yang terbuat dari logam atau tanah liat, dan telah digunakan oleh wanita zaman dahulu untuk mengambil air. Air tersebut berasal dari danau, mata air, sungai, serta sumber air lainnya. Konon, gerak lembut dan nuansa pada saat bulan purnama menjadi dasar terciptanya tarian ini. Tari Buyung seolah mengisahkan para gadis desa yang mandi bersama, kemudian mengambil air dari pancuran Ciereng menggunakan buyung.

Gerakan Pada Seni Tari Buyung

Pada setiap gerakan tari Buyung masing-masing mengandung makna tersirat tersendiri. Beberapa gerakan pada tarian ini di antaranya adalah:

  • Gerakan penari saat bersimpuh di bawah. Gerakan ini menggambarkan bagaimana masyarakat memohon kepada Sang Pencipta alam semesta agar diberikan perlindungan.
  • Gerakan penari saat buyung diangkat dari kepala untuk mengambil air. Gerakan ini bermakna bahwa air adalah sumber kehidupan. Di manapun manusia tinggal, maka di sana manusia pasti akan membutuhkan air.
  • Gerakan saat naik ke atas kendi sambil membawa buyung di kepala. “Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung”, merupakan istilah yang menggambarkan gerakan ini. Membawa buyung di atas kepala memerlukan keseimbangan. Gerakan ini bermakna bahwa dalam setiap kehidupan diperlukan keseimbangan antara perasaan dan juga pikiran.
  • Gerakan saat penari bergandengan sejajar. Gerakan ini dilakukan dengan bergandengan tangan diikuti langkah yang seirama. Makna dari gerakan ini adalah setiap masyarakat harus saling bertoleransi, tidak membeda-bedakan agama, suku, maupun ras.

Pola Lantai Seni Tari Buyung

Pola lantai pada tari Buyung memiliki makna yang begitu mendalam, yakni bahwa warga petani di wilayah Sunda merupakan masyarakat yang religius, dan berpegang teguh pada syariat agama yang diajarkan. Tuhan diyakini sebagai pencipta alam semesta beserta isinya yang merupakan sumber dari segala kehidupan. Sedangkan manusia yang merupakan makhluk ciptaannya yang mendiami bumi, sebagai makhluk yang sempurna dibandingkan dengan makhluk ciptaan lainnya. Terdapat 5 nama formasi yang digunakan untuk menampilkan tarian ini, yaitu:

  • Jala sutra
  • Bale bandung
  • Nyakra bumi
  • Nugu telu
  • Medang kamulan
Baca Juga:  Pengertian Seni Tarian Thailand Serta Macam-Macamnya

Adapun dalam menampilkan tarian ini, pola lantai yang digunakan adalah pola lantai horizontal. Sebagai contoh, hal ini dapat dilihat saat penari melakukan formasi nyakra bumi, yaitu gerak penari yang berbaris lurus ke depan membentuk pola lantai garis lurus.

Properti Seni Tari Buyung

Sebagaimana tarian-tarian daerah pada umumnya, diperlukan properti tari untuk mendukung suasana pertunjukan tarian agar lebih hidup. Adapun pada tari Buyung, ada beberapa properti yang dilibatkan sebagai berikut:

1. Buyung

Buyung merupakan properti utama yang digunakan pada tarian ini, dan biasanya dikenakan penari pada saat menampilkan tariannya dengan cara diletakkan di atas kepala.

2. Kendi

Kendi merupakan sebuah alat yang terbuat dari tanah liat yang biasa digunakan sebagai tempat untuk menampung air. Kendi ini digunakan penari pada saat gerakan menari di atas kendi sambil mengangkat buyung di atas kepalanya.

3. Apok

Apok merupakan kostum yang dipakai penari untuk menampilkan tarian ini. Apok adalah sebuah pakaian yang terbuat dari songket. Para penari menggunakan apok untuk membungkus tubuhnya agar terlihat lebih menarik.

4. Kebaya

Kebaya adalah pakaian tradisional yang biasanya terbuat dari bahan yang tipis. Kebaya ini merupakan salah satu kostum yang digunakan penari untuk menampilkan tarian ini. Biasanya, kebaya akan dikenakan bersama dengan songket, sarung, batik, atau pakaian yang dirajut. Pada pertunjukannya, kebaya ini akan dipadukan dengan kain songket yang memiliki motif warna-warni, sehingga para penarinya akan terlihat cantik dan juga anggun.

5. Gelang dan Aksesoris Lainnya

Gelang merupakan properti yang digunakan penari sebagai aksesoris tambahan. Gelang ini dipakai pada pergelangan tangan baik itu pergelangan pada tangan kiri maupun tangan kanan. Biasanya gelang yang dipakai terbuat dari bahan logam. Selain gelang, para penari juga mengenakan anting dan juga kalung. Fungsinya agar membuat penari terlihat lebih cantik dan elegan.

6. Lidah Tari

Lidah merupakan properti tari Buyung yang yang tidak boleh ketinggalan. Lidah ini berfungsi untuk membuat tampilan penarinya indah dan cantik.

7. Ikat pinggang

Pada kostum tarian Buyung, ikat pinggang digunakan untuk mengeratkan setelan bagian bawah. Warna ikat pinggang yang digunakan juga bervariasi, biasanya warna ikat pinggang ini akan disesuaikan dengan warna kostum yang dikenakan penari.

8. Selendang

Selendang merupakan kain panjang yang dikenakan oleh penari dengan cara dikalungkan di leher penari tersebut. Pemilihan warna selendang yang digunakan juga disesuaikan kostum yang dipakai penari. Fungsi selendang ini adalah untuk mendukung gerakan tarian agar tercipta gerakan yang indah, sehingga enak untuk dipandang.

9. Samping

Samping merupakan properti yang wajib dikenakan oleh penarinya. Samping ini berbentuk untaian panjang yang berfungsi sebagai tempat menempelnya kembang melok.

10. Sobrah (Rambut palsu)

Sobrah adalah properti kepala berupa rambut palsu. Properti inilah yang menjadi ciri khas pada penampilan tari Buyung. Pada sobrah terdapat rawis yang terbuat dari benang wol yang diuntai panjang, kemudian diselipkan di sisi kiri dan kanan.

11. Alat musik

Alat musik yang digunakan untuk mengiringi tarian ini yaitu berupa kecapi rincik, gendang, seruling, gong, serta kecapi indung. Perbedaan dua jenis kecapi ini terlihat dari ukurannya. Kecapi rincik memiliki ukuran yang lebih kecil dibandingkan kecapi indung.