Pengertian Aliran Fauvisme Serta Sejarah, Ciri, Dan Tokoh
Pengertian Aliran Fauvisme
Aliran fauvisme adalah aliran yang menekankan kualitas unsur-unsur seni seperti garis, bentuk dan warna yang kuat di atas nilai-nilai realistis yang masih dipertahankan oleh aliran Impresionisme. Dapat dikatakan bahwa fauvisme adalah versi yang lebih radikal dari impresionisme. Maksudnya, meskipun impresionisme telah keluar dari prinsip realisme atau naturalisme, namun sifat dasarnya masih menirukan alam. Fauvisme menggunakan gaya yang hampir mirip dengan impresionisme, namun menolak ide dasar peniruan alam tersebut.
Fauvisme lebih memilih untuk menggunakan setiap elemen karya menjadi hal yang mandiri tanpa dikaitkan dengan kemiripan atau kerealistisan gambar. Contohnya, warna digunakan untuk simbolisme atau menyatakan perasaan, bukansekedar menjadi warna baju atau warna pohon. Istilah fauvisme berasal dari bahasa Prancis les Fauves yang berarti “Binatang Buas”. Istilag ini diambil dari komentar seorang Kritikus Seni Louis Vauxcelles yang takjub terhadap karya-karya para seniman fauvisme. Kritikus itu menjuluki para seniman-seniman fauvisme sebagai Binatang Buas karena mereka dianggap telah memberontak dari berbagai prinsip seni mainstream di Paris pada masa itu, namun berhasil menghasilkan karya yang tak kalah hebat.
Ide Kunci Aliran Fauvisme
Salah satu keunggulan dari aliran fauvisme adalah aliran ini berhasil membuat warna menjadi unsur seni yang independen. Warna tidak hanya menjadi warna baju, warna langit atau warna kulit, namun menjadi salah satu unsur yang berdiri sendiri tanpa menjadi representasi fisik apapun. Warna digunakan sebagai simbol, penyampaian ekspresi, membangun suasana, dan sebagainya. Karenanya warna-warna yang digunakan pada karya aliran fauvisme cenderung kontras, terang dan cerah sebagai tanda dari kebebasan warna yang tidak hanya menjadi parameter benda lain belaka.
Warna terang juga digunakan untuk menyalurkan ekspresi manusia melalui gambar atau lukisan yang dirasa masih kurang, tidak seperti ekspresi manusia pada lisan atau tulisan. Aliran fauvism termasuk aliran yang tidak terlalu besar pergerakannya, dan hanya berlangsung singkat (1905-1908). Maka dari itu terkadang aliran fauvisme digeneralisirkan dengan beberapa aliran yang serupa menggunakan istilah aliran Post-Impresionisme (Pasca-Impresionisme) atau aliran-aliran Paska-Impresionisme.
Sejarah Aliran Fauvisme
Pada awal abad ke-20, para pelukis Post-Impresionis Prancis seperti Van Gogh, Gauguin, Seurat, dan Cézanne dianggap sebagai pelopor seni Avant-Garde. Eksperimen kolektif mereka dengan aplikasi cat, subjek, garis ekspresif, dan warna sebagai unsur independen adalah salah satu alasan munculnya Fauvisme. Selain itu, apresiasi dunia terhadap artefak-artefak kebudayaan yang baru saja ditemukan di daerah Afrika membuka pandangan-pandangan baru terhadap seniman-seniman Eropa. Seni yang di masa itu baru mulai terhubung dengan faktor ekstrinsiknya, yaitu kajian Antropologi yang memperkenalkan gagasan-gagasan baru tentang representasi seni kepada masyarakat. Penemuan-penemuan tersebut menjadi salah satu faktor yang mempercepat pertumbuhan dan perkembangan Seni Modern Eropa.
Diawali oleh Henri Matisse
Henri Matisse adalah seniman yang memiliki pengaruh utama pada aliran Fauvisme. Lalu bagaimana awalnya hingga Matisse dapat mengembangkan aliran Fauvisme? Seperti seniman lain pada masanya, Matisse sangat dipengaruhi oleh pemikiran Moreau bahwa ekspresi pribadi adalah salah satu atribut paling penting dari seorang seniman. Matisse muda juga sangat tertarik pada teknik dan bahasa visual yang sistematis dari Pointillisme, yang telah dipelopori oleh rekan senegaranya seperti Georges Seurat dan Paul Signac.
Meskipun Matisse tidak menerapkan teori Pointillist secara langsung pada karyanya, penerapan titik-titik kecil cat dalam berbagai warna untuk menciptakan nada visual yang harmonis adalah sesuatu yang membuat Matisse terpesona. Pengamatannya terhadap teknik ini mendorongnya untuk mengembangkan “struktur warna”, atau bidang-bidang besar yang menghasilkan efek dekoratif yang digunakan untuk membangun suasana.
Menggabungkan semua ide itu, Matisse berpaling dari penggunaan warna ringan, pencampuran warna kompleks dan mulai menggunakan warna cerah, langsung dari tube, sebagai sarana untuk menyampaikan ekspresi. Perjalanannya ke Corsica pada tahun 1898 juga semakin menambah minatnya dalam menangkap efek cahaya alami yang kuat melalui warna-warna cat murni. Pada akhirnya, Fauvisme mengudara meskipun hanya untuk sebuah episode yang pendek. Namun aliran ini memberikan dampak yang cukup besar. Bahkan setelah bubarnya kelompok fauvisme, yang juga menandai akhir dari alirannya, aliran ini terus mempengaruhi seni selama beberapa dekade ke depan.
Ciri-Ciri Aliran Fauvisme
Beberapa ciri, karakteristik, atau pembeda aliran fauvisme dari aliran-aliran yang lain adalah sebagai berikut.
- Warna mencolok yang tidak melihat keakurasian pada referensi model atau objek yang dilukis.
- Bentuk gambar pada lukisan diiringi oleh garis tegas.
- Warna digunakan untuk mengekspresikan gagasan Seniman.
- Keakurasian bentuk gambar pada referensi model atau subjek dihiraukan.
- Menyampaikan gagasan atau pesan pribadi dari pelukisnya.
- Marka kuas yang kontras dan tidak ditutup-tutupi.
Tokoh Fauvisme dan Contoh Karyanya
Tokoh-tokoh Seniman penting yang mengusung aliran Fauvisme di antaranya adalah sebagai berikut.
- Henri Matisse
- Maurice de Vlaminck
- Andre Derain
- Kees van Dongen
- Raoul Dufy
- Georges Braque
Henri Matisse
Selain menjadi Bapak fauvisme, Matisse juga dikenal sebagai salah satu rival terbesar dari Pablo Picasso. Meskipun Matisse juga tertarik terhadap aliran kubisme, ia menolak gagasan umumnya. Ia lebih memilih untuk terus mengembangkan fauvisme bersama kelompoknya. Ia berpendapat bahwa seni harus tetap lembut, menenangkan dan tidak kaku seperti kubisme. Hampir seluruh ciri dan gagasan kunci fauvisme muncul pada karyanya. Namun salah satu yang menjadi ciri khas lebihnya adalah kebebasannya dalam menggambar. Ia tidak ingin teknikalitas, akurasi, dan semua beban dalam proses melukis muncul pada karyanya. Sehingga kesalahan anatomi atau bentuk yang sedikit melenceng dibiarkan begitu saja selama ekspresinya masih tersampaikan. Henri Matisse berpendapat bahwa seni tidak boleh menyulitkan seniman, justru harus memberikan kegembiraan pula dalam prosesnya.
Contoh Karya Fauvisme Henri Matisse: Green Stripe dan Analisisnya
Model dalam lukisan di atas merupakan istrinya sendiri Amelie. Lukisan ini merupakan salah satu lukisannya yang paling terkenal di abad 20-an. Pengambilan subjek yang mengenakan pakaian sehari-hari adalah salah satu ciri dari seniman modern di masa itu. Tidak seperti lukisan renaisans yang cenderung hanya melukiskan seseorang yang mengenakan pakaian terbaiknya dalam lukisan. Matisse hanya menggunakan warna untuk menggambarkan wajah istrinya, dalam artian ia tidak menggunakan shading dan highlight yang realistis.
Warna hangat dijadikan highlight dan warna dingin digunakan sebagai pengganti shading. Garis hijau (green stripe) membagi wajah Amelie menjadi dua bagian, seperti yang biasa dilakukan dalam teknik pencahayaan side lighting lukisan maupun fotografi, namun sekali lagi ia menggunakan warna, bukan value (gelap-terang). Marka kuas yang tampak jelas adalah salah satu ciri khas Matisse yang tidak ingin menunjukkan tingkat kesulitan yang dialami oleh seniman ketika melukis.
Maurice de Vlaminck
Maurice de Vlaminck adalah salah satu rekan Matisse dalam persaingan mereka dengan para kubisme, atau boleh dibilang spesifiknya; Pablo Picasso. Kesamaan yang dimiliki oleh dua seniman pemberontak ini adalah kemampuan luar biasa untuk berinovasi, untuk menciptakan sesuatu yang baru. Bagi Picasso, ide itu adalah Kubisme; sementara Vlaminck dan rekan-rekannya, inovasi itu adalah penggunaan warna-warna cerah dan ekspresif yang tidak lain adalah Fauvisme. Sebetulnya Vlaminck adalah salah satu seniman yang vokal dalam mengkritisi perkembangan seni rupa modern, namun ironisnya, ternyata dia sendiri adalah salah satu pelopor seni modern sejati.
Keunikan Vlaminck dari rekan fauvisme lainnya adalah penggunaan outline yang lebih tegas, berat dan gelap yang berlawanan dengan warna bentuk yang dibalutinya sendiri; lembut, ringan dan cerah. Ciri khas tersebut menjadi focal point tambahan bagi gaya fauvisme sendiri yang sudah sangat kontras dan ekspresif. Seperti sikapnya yang tampak hipokrit (munafik) terhadap seni modern, hal ini juga terjadi pada gaya lukisnya. Meskipun ia sering menghina Kubisme dan menyebutnya bukan lawan yang pantas untuk Fauvisme, beberapa lukisannya justru tampak diwarnai oleh gaya kubisme. Mungkin ini adalah salah satu contoh nyata dari kata mutiara klise bahwa “membenci dapat berarti mencintai”.
Contoh Karya Fauvisme Maurice de Vlaminck: The Dancer at Rat Mort dan Analisisnya
Karya ini adalah representasi dari penari klub malam bohemia di Paris yang bernama Le Rat Mort (Tikus Mati). Meskipun Vlaminck menggunakan seorang model, tampaknya ia tidak ingin lukisan ini dikategorikan sebagai lukisan potret. Buktinya begitu banyak fitur dan bentuk yang disederhanakan, salah satunya adalah mata besar yang tidak sesuai dengan proporsi sebenarnya. Selain menjadi salah satu ciri seni modern, dengan mata tersebut ia juga seakan membuat simbol bahwa penari anonim ini dengan berani berhadapan dengan penonton. Kosmetik yang tebal menunjukkan kemuakannya terhadap unsur dunia modern. Ia tidak menggunakan kosmetik tersebut untuk mempercantik modelnya, namun untuk menunjukan betapa berlebihannya gaya hidup modern.
André Derain
André Derain memiliki peran besar dalam pengembangan dua gerakan artistik paling signifikan di awal abad ke-20. Dia, Henri Matisse, dan Maurice de Vlaminck bersama-sama mengembangkan aliran Fauvisme. Berbeda dengan anggota kelompok fauvisme lain, ia justru terhitung cukup dekat dengan sosok yang dianggap sebagai rival Fauvisme, yaitu Pablo Picasso. Karena kehadiran Derain, terjadi proses sintesis dari fauvisme dan berbagai gagasan Picaso yang disebut-sebut merupakan bagian integral dari Kubisme awal.
Namun demikian, kontribusinya sebagai penghasil gagasan di balik gerakan-gerakan ini terus diperdebatkan, dan beberapa menganggapnya hanya sebagai ide turunan saja. Perdebatan tersebut disebabkan oleh fakta bahwa ia secara terus-menerus mencari makna artistik dan berusaha menciptakan seni abadi yang dihapus dari kekhasan zaman modern. Sepanjang hidupnya, ia terus bereksperimen dengan berbagai idiom gaya lukis. Bagaimanapun juga, ia tetap menjadi salah satu sosok penting yang mengawali penyebaran seni modern di dunia.
Contoh karya Fauvisme dari Andre Derain Turning Road: L’Estaque
Lukisan ini menggambarkan lokasi populer yang dilukis oleh banyak seniman modern lainnya, termasuk Cézanne dan Braque. Karya ini menunjukkan betapa banyak dipengaruhinya teknik Derain oleh leluhur artistik langsungnya, di mana secara bersamaan pula ia mulai mengembangkannya ke arah baru. Meskipun telah banyak yang melukiskan garis pantai L’Estaque di Prancis Selatan, versi Derain ini teurhitung sangatlah berbeda. Ini bukanlah lukisan pemandangan murni, pencitraan tokoh-tokoh dalam alam yang mengingatkan tema Arcadian yang tampak dalam lukisan-lukisan Simbolisme semata. Lukisan ini membangkitkan gagasan “deformasi dekoratif” yang dikenal oleh para Simbolis dan membangkitkan kebenaran esensial dalam pencarian seni abadi ala Derain.